BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Sabtu, 01 Februari 2014

ː̗̀☀̤̣̈̇ː̖́ ː̗̀☀̤̣̈̇ː̖́ Cara Belajar Efektif dan Efisien ː̗̀☀̤̣̈̇ː̖́ ː̗̀☀̤̣̈̇ː̖́


Cara belajar efektif dan efisien yang dapat membantu meningkatkan dan daya serap terhadap materi yang diajarkan dan menghemat waktu memang sangat bermanfaat. Pola belajar yang salah adalah berdasarkan lama atau tidak nya waktu yang dipakai, anggapan salahnya adalah ketika kita menganggap semakin lama waktu belajar semakin bagus untuk kita. Padahal ini belum tentu, bisa saja justru merugikan karena dapat membuyarkan pikiran dan daya serap otak kita.

Jika anda ingin belajar yang efektif dan efisien anda harus mengetahui cara menigkatkan konentrasi dan bagaimana waktu yang tepat untuk belajar. Konsumsi makanan sehat untuk otak mungkin dapat membantu daya pikir otak ini. Hal pertama yang harus anda perhatikan adalah niat yang tulus, tanpa niat yang tulus dan kuat tentu apa pun yang anda pelajari akan sia sia. Secara umum ada beberapa tips agar kita dapat belajar efektif dan efisien yang ampuh untuk diterapkan.

Cara Belajar Efektif

Ada beberapa cara belajar efektif dan efisien umum yang dapat diterapkan jika anda mengalami kesulitan dalam belajar. Anda dapat menerapkan salah satu dari cara berikut ini yang sesuai dengan penghambat anda dalam belajar.
1. Pastikan waktu yang tepat
Waktu yang paling tepat biasanya adalah pagi hari, antara jam 4-6 di pagi hari, namun hal ini harus disesuaikan dengan jam tidur anda. Dari penelitian yang ada, pada pagi hari biasanya otak memiliki daya serap yang tinggi terhadap materi yang kita berikan. Dalam pemilihan waktu ini hal yang terpenting adalah jangan memilih waktu yang tidak anda khendaki, misalnya pada jam nonton anda atau jam bermain. Hal ini dikarenakan akan sangat mengganggu konsentrasi.

2. Rangkum materi inti

Salah satu penyebab buruknya kualitas belajar adalah tidak jelasnya materi yang ingin di pelajari. Maksudnya di sini adalah materi yang masih berupa materi mentah misal nya buku atau paper full yang belum dirangkum. Sebelum mempelajari lebih lanjut teknik yang paling bagus adalah merangkum materi penting dalam buku atau paper tersebut baru anda pelajari lebih lanjut. Pada saat merangkum biasanya anda telah banyak mendapatkan materi yang terserap di otak sehingga pada saat belajar akan sangat mudah.

3. Belajar berkelompok dan berdiskusi

Belajar berkelompok dengan berdiskusi dipercaya dapat meningkatkan daya serap seluruh anggota kelompok. Belajar berkelompok ini dapat dilakukan dengan tanya jawab. Satu dapat bertugas sebagai moderator dan yang lain sebagai peserta, baik moderator ataupun peserta dalam diskusi kelompok ini akan memiliki keuntungan yang sama dalam menyerap lebih cepat materi yang dipelajari. Selain itu biasanya materi yang diserap akan dipahami lebih lama.

4. Hilangkan budaya menghafal, ganti dengan budaya memahami

Menghafal sebenarnya tidak ada yang menyalahkan, namun lebih baik anda memahami dari pada menghafal materi. Hal ini dikarenakan menghafal biasanya hanya diingat sebentar di otak, namun jika memahami ini akan lebih lama dan bahkan bertahan selamanya. Memang banyak orang yang hebat menghafal namun sulit untuk memahami, hal ini wajar karena fungsi otak kanan dan fungsi otak kiri manusia berbeda antara satu orang dengan yang lainnya.
Contoh : 2 + 4 x 4 = 18, bukan 24; Kita memahami kalau tanda kali akan di kalkulasi terlebih dahulu baru diikuti tanda tambah.  Kita bukan menghafal kalau ada angka 2 + 4 x 4 hasilnya adalah 18, singkat kata kalau di ganti dengan 2 + 4 x 5 kita akan kesulitan dalam mencari hasilnya. Nah disinilah peran atau yang kami maksud sebagai budaya memahami.

5. Jangan malu bertanya

Satu cerita bahwa terkadang orang belajar bukan dari buku atau sumber yang diajarkan oleh guru. Jika anda bertanya mengenai pelajaran atau materi yang tidak anda pahami, biasanya anda akan mengingatnya dan cepat memahami materi tersebut.
Contoh : Antoni bertanya pada tukang ojek, jalan menuju perumahan benteng teguh di banjar. Pada hari kedua saat Antoni ingin ke perumahan itu lagi, dia masih lupa jalannya, dia tanya lagi tukang soto. Ketiga kalinya dia pergi dia sudah hafal, dan selanjutnya juga sudah paham tempat tersebut. Walaupun Antoni sudah melihat peta, ia tetap membutuhkan informasi dan bertanya dari orang lain. Jadi bertanya merupakan salah satu cara belajar yang efektif dan efisien.

6. Sesuaikan dengan mood

Walaupun anda telah mencari berbagai mood booster dan cara mengatasi rasa malas untuk belajar, hal ini ternyata percuma saja dan tidak ada manfaatnya. Hal ini dikarenakan materi yang anda pelajari tidak akan bermanfaat.

7. Rutin bukan lama

Belajar harus rutin bukan lama, banyak kesalahan yang dialami adalah belajar ketika akan ujian. Penyebabnya adalah otak manusia memiliki keterbatasan dalam menampung informasi yang anda pelajari.

8. Belajar dan praktek.

Jika materi yang anda pelajari bisa dipraktekkan maka langsung saja dipraktekkan karena teori saja sangat sulit dipahami. Banyak orang yang lebih menyukai simulasi atau praktek dalam mempelajari sesuatu.

Cara belajar efektif dan efisien dalam sekolah, kuliah, kursus, kerja dan kegiatan lain memang harus disesuaikan dengan kemampuan kita. Menerapkan cara yang paling tepat untuk pribadi dan kondisi otak kita adalah hal yang terbaik.

Cara Belajar Efektif di Sekolah

Jika anda ingin mengetahui cara belajar efektif di sekolah yang selama ini sulit anda lakukan ada beberapa hal yang harus anda perhatikan dan cermati.
  1. Bahas dulu materi dirumah, pada saat guru menyampaikan pastikan anda telah membaca dulu materi tersebut.
  2. Jangan mengobrol dan berisik, sedikit pun anda mengobrol maka buyar semua materi dan konsentrasi yang anda bangun.
  3. Langsung bertanya, jika anda tidak mengerti langsung saja bertanya, karena terkadang beberapa materi saling berkesinambungan.
Pastikan anda dapat belajar secara efektif dan efisien sehingga materi yang anda dapatkan dapat dengan mudah diserap oleh otak.

Terpaksa LDR, Lanjutin Atau Pisah?




Long Distance Relationship atau hubungan jarak jauh, menurut saya bisa diklasifikasikan ke dalam 2 jenis:
 

1. Hubungan yang sedari awal perkenalan hingga ke jenjang berikutnya terjadi dalam bentuk jarak jauh, baru bersatu setelah menikah dan salah satu pihak mengikuti pasangannya ke tempat lain.
2. Hubungan di mana perkenalan dan kemudian memutuskan untuk merajut kasih terjadi dalam tempat yang sama, tapi kemudian harus berpisah sementara karena salah satu pihak harus pindah ke tempat lain. Entah karena tugas kerja, studi di luar, dll.


Bila Anda terpaksa mengalami salah satu dari kasus LDR tersebut, apakah respon Anda?

Dulu, ketika belum memiliki pasangan alias jomblo, ketika mendapat pertanyaan tersebut, saya rasa saya akan memilih putus. Karena saya tidak cukup yakin dapat mempertahankan hubungan, terutama rasa saling percaya, yang merupakan kunci utama LDR.
Tapi siapa sangka, saya malah harus mengalami LDR tipe yang pertama! Padahal hubungan saya dengan pasangan saat itu baru berjalan beberapa bulan. Mengingat hubungan yang baru saya jalin masih muda, saya pun memberanikan diri untuk tetap melanjutkan hubungan jarak jauh tersebut. Saat itu, saya hanya bisa menjalani dengan pasrah dan tidak terlalu berharap apakah LDR ini bisa bertahan atau tidak.

Banyak rintangan yang saya hadapi di awal-awal LDR, krisis kepercayaan pernah terjadi, apalagi yang namanya pertengkaran. Pada masa itu, pikiran untuk menyerah juga muncul, tapi suara hati saya yang lain mengatakan, “Jangan menyerah! Ini hanya ujian kecil.” Sama dengan yang dilakukan oleh pasangan saya, kami berdua sama-sama berusaha mempertahankan hubungan dan saling percaya satu sama lain. Komunikasi tetap intens sehingga masing-masing mengetahui kegiatan satu sama lain. Tanpa terasa, sekarang sudah memasuki 7 bulan hubungan kami. Perjalanan kami masih panjang, semoga dapat berakhir bahagia dan berlanjut ke tahap selanjutnya.

Menjalani LDR benar-benar bukan tantangan yang mudah. Saya belajar banyak hal dari LDR ini. Belajar menghargai dan percaya pada pasangan, serta menjaga komunikasi, saling jujur, dan terbuka. Kekurangan LDR adalah selain tidak bisa sering bertatap muka, kita juga tidak bisa mengetahui “adat” dan tabiat asli dari pasangan. Sejujur dan seterbuka apapun pasangan, pasti ada hal-hal kecil seperti kebiasaan yang tidak dapat kita ketahui. Ketika ada kesempatan untuk bertemu, waktu yang ada harus benar-benar dimanfaatkan seberkualitas mungkin.

Dari pengalaman ini, saya merasa bahwa keinginan untuk tetap bersama alias KOMITMEN di kedua belah pihak paling menentukan keberhasilan suatu hubungan. Dari keinginan tersebutlah, muncul sikap-sikap dan nilai-nilai positif seperti bersikap jujur, terbuka, dan setia.

Sebelum memutuskan menjalani LDR kita harus yakin bahwa pasangan kita bisa dipercaya (kasarnya: liat model orangnya dulu, model lurus apa model playboy), meski sebaiknya juga jangan menaruh harapan terlalu tinggi, karena tidak ada yang bisa menerka isi hati orang lain. Jika ternyata gagal, akan terasa sangat sakit. Saya merasa lebih baik menjalaninya apa adanya saja, jangan terlalu banyak berprasangka buruk yang akhirnya malah merunyamkan hubungan. Serahkan semua ke alam semesta. Jika kami memang harus dipersatukan, alam semesta akan mewujudkannya. Jika gagal, maka kita perempuan layak mendapatkan suami terbaik. Saya sangat percaya akan pepatah, sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya akan jatuh juga. Jika pasangan kita berbohong, cepat atau lambat kita akan mengetahuinya.

Ingat 5K ala Hitman System, Komitmen, Kepercayaan, Komunikasi, Kompromi, dan Keintiman. Semua 5K berurutan harus ada dari awal sampai akhir. Komitmen menyebabkan pasangan jadi memiliki kepercayaan, kepercayaan menyebabkan komunikasi, dan selanjutnya.

Nah bagaimana dengan kisah LDR Anda? Ada pengalaman yang bisa dibagi?